I feel like betraying Japanese drama now, since I used to be religiously into dorama and never ever consider Korean drama. Until, boom. Pandemic arrives.
Sky Castle ini salah satu drama Korea yang direkomendasi sahabat baik saya, makanya akhirnya saya nonton. Setelah Two World of Marriage (yang juga hasil racun adik saya. Kalo sekedar heboh doang di luaran biasanya saya ga gampang terpengaruh :D). Sama-sama drama yang rada berat. While I love romance movies, I no longer enjoy drama focuses only in love stories. Now I am more into the ones with family and marriage issues.
Seberapa jauh kita akan memperjuangkan ego kita di atas segala sesuatu? Seberapa jauh kita akan mengatasnamakan anak sebagai excuse atas hal-hal yang ga bisa kita capai? Seberapa jauh kita akan ngotot bahwa anak harus mendapatkan apa yang ga bisa kita raih di masa lalu?
Series yang episodenya sampai 20 ini entah kenapa buat saya jauh lebih menarik daripada drama modelan Familiar Wife (yang saya tonton cuma 2 episode pertama, ke belakangnya cuma sekedar skip-skip dan akhirnya saya tinggalin – maybe it’s just me, karena ada temen saya yang suka banget ama si Familiar Wife itu). Diluar bahwa mungkin ada beberapa faktor yang dirasa berlebihan (well, it’s drama anyway, they need the wow to keep audience’s interest), saya baca-baca ternyata ya itu terjadi. Ada tuh yang namanya konselor yang bayarannya sampai jutaan per jam di Korea sana. Bahkan disebutin sampe USD 4,000 / jam (check: “SKY Castle” synopsis by episode (Eps. 1-20, no spoilers“)
Saya sendiri banyak dapet insight abis nonton ini. Call me lebay, karena some people say this kind of thing is supposed to be entertainment only. Ga usah sok-sok dipikirin didalemin. Tapi buat saya tontonan kalo sekedar hiburan ya buat apa, wasting time 😀 (Kebetulan emang ga demen nonton, lebih demen baca)
Saya ga bakal bahas sinopsis ceritanya lagi, bisa digoogle sendiri. Di link yang saya share di atas juga udah bisa dilihat detailnya. Saya cuma share insight yang saya dapet:
- We, parents with teenagers, are not alone
Di drama Sky Castle ini mostly anak-anaknya udah remaja. Umuran 10 ke atas lah, yang paling muda kayanya kelas 5 SD. Salah satu tokoh utama remajanya duduk di SMA. So we’ll see a lot (I mean A LOT) argumentation between parents and their kids. Mulai dari yang sekedar adu argumen sampe yang bener-bener kurang ajar. Even salah satu karakter mom yang paling sabar pun tetep ngalamin yang namanya dikurang-ajarin anak. Buat saya ini lumayan bikin saya ga merasa sendirian aja sih, mengingat apa yang kita lihat diluaran, ya seperti drama ini sampein juga, selalu hanya bagian bagus-bagusnya aja.
2. Marriage, bertahan apa ngga, somehow soal seberapa jauh kita bisa menekan ego
Dari 5 keluarga yang jadi topik cerita, ada dua pasang yang bisa dibilang bermasalah. Yang satu, sedari awal hubungannya dingin banget. Yang kedua, hubungannya baik selama sang istri mau ikuti apa yang diinginkan suami. Ga ada KDRT disini, tapi lebih ke verbal dan emotional abuse aja. O ya, kalau belum baca sinopsisnya, drama ini membidik kalangan jetset, tipikal keluarga dokter kelas atas yang tinggal di kompleks mewah super eksklusif. Susah untuk ga spoiler untuk menjelaskan poin saya di atas, intinya ya sebuah pernikahan bisa bertahan apa ga itu masalah ego. More about this, maybe next post.
3. You and your kids will have different life
Somehow di drama ini ada typical culture Asian family yang sangat relate dengan kita di Indonesia. Anak itu segalanya untuk orangtua. Kehancuran anak adalah kehancuran orangtua. Anak ga boleh gagal, why? Karena kegagalan anak adalah kegagalan orangtua. Hal ini yang akhirnya membuat tekanan berlebihan buat orangtua, yang akhirnya membuat relationship anak dan orangtua bisa rusak. Terutama untuk kalangan tertentu yang sangat wajib menjaga nama baik.
Di seri ini diceritakan segala permasalahan yang muncul akarnya adalah ambisi orangtua. The greed. The obsession. Ada yang berhasil (mungkin, kalau disini sih ga ada yang diceritakan berhasil, I don’t know how in the real world, kebetulan anak masih belum di fase result, baru fase proses) tapi seringkali gagal. Gagalnya pun ga tanggung-tanggung, taruhannya bisa sekedar hubungan keluarga yang rusak, atau nyawa.
Coba nonton deh. Please leave me your comments once you’ve watched since I’m always curious how other people see the things I like.
Orang akan menyimpulkan di sisi yang memang orang itu tertarik ya, baca review dari orang lain, yang disorotin bukan masalah anak tapi masalah yang lain..