Drama Korea alias drakor, udah jadi sesuatu yang bikin orang terlihat kudet kalo ga ngikutin. Bahasan penting segala umur, milenials 20 taunan, umur 40an, bahkan sampe generasi mertua yang udah 70 menjelang 80. Topik paling aman untuk dibahas sama orang yang baru kenal, mengingat jaman sekarang topik umum macam covid aja bisa bikin awkward kalau salah penyampaian ๐Ÿ˜€

Saya sendiri bukan drakor lover, apalagi di masa lalu saya pecinta drama Jepang (dorama) yang ibarat langit dan bumi sama drakor (di masa itu). Eranya Winter Sonata (2002), (yang saya ga nonton anyway) identik bahwa drakor itu isinya derai air mata dan… drama sedrama-dramanya. Well, kaya drama Jepang ngga aja ya. Tapi balik lagi pada masa itu, drama Jepang ga selebay drama Korea. Dorama cenderung ngebosenin, karena masalah-masalahnya remeh dan terkesan “halah gitu aja kok jadi masalah”.

Saya termasuk yang ga pernah mau nonton drakor. Bukan karena takut ketagihan kaya alesan beberapa temen, simpel karena it’s something not familiar aja. Until pandemic hit. And staying at home meant we had to try to find something to replace all those activities we normally do outside the house.

Hometown Cha Cha Korean Drama

My first drakor: Hi, Bye Mama (IMDB rating: 7.9/10) Good enough to change my opinion about Korean drama in general.

Second: The World of The Married (IMDB rating: 8/10) – not into thriller but this one is exception.

Third: Sky Castle (IMDB rating: 8.7/10) – wrote my review here

Terakhir: Hometown Cha Cha (IMDB rating: 8.6/10 – surprise!) Ini udah heboh dari taun lalu sih, tapi baru saya tonton belakangan, itupun karena udah mati gaya pingin cari hiburan tapi males nonton yang berat-berat. Jujur aja awalnya skeptis karena saya bukan tipe nonton drama bucin ๐Ÿ˜€ Everything about love relationship yang bikin cringy, well, not my thing.

Yet, I love this one. Tapi tetep, cuma sampe they finally have their relationship confirmed haha. Setelah itu, like I said earlier, bucin is not my thing – berasa over aja, meski I know some people have that kind of relationship and it’s totally fine – just not for me ๐Ÿ™‚

Hometown Cha Cha Korean drama

Balik ke bahasan kenapa ga suka drakor, saya suka sesuatu yang “sedikitnya” agak realistis. Saya sadar juga namanya drama, ga mungkin kalau ceritanya ga dibumbuin.

Yang ‘lumayan’ realistis di drama Hometown Cha Cha ini soal gimana sebuah hubungan berkembang. Dari yang awalnya dua orang asing yang ngomongan aja ngga, jadi bickering acquaintance, temen dan akhirnya lover. Ga bahas Kim Seon Ho yaaa, manusia mana yang ga suka sama dia (and his look, of course) ๐Ÿ˜€

Saya suka gimana drama ini meng-highlight masalah society yang biar gimana relate untuk kita di Asia. Gimana pandangan orang sekitar itu sesuatu yang harus diconsider kalau kita mau diterima di sebuah lingkungan baru. Gimana kita kadang harus menjaga sikap dan merubah mindset, ga bisa semau-mau sendiri ketika hidup bersama orang lain.

Seperti halnya drama Jepang, saya rasa drama-drama ini dibuat mungkin untuk reminder untuk society. Message utama drama Jepang jaman dulu salah satunya “ganbatte” – how we have to always do our best in everything we are doing, sesimpel dan seboring apapun kerjaan dan kehidupan kita. Bahwa keluarga itu penting. Bahwa kesempurnaan ga selalu jadi hal yang harus dikejar. Hal-hal yang on the contrary tidak terjadi di budaya Jepang (berdasar cerita temen yang tinggal dan menikah dengan orang sana) – jadi drama-drama ini secara ga langsung dibuat untuk menanamkan nilai-nilai itu.

Hometown Cha Cha (diluar love story Hye Jin dan Du Sik yang harus diakui so sweet banget) bercerita soal sebuah komunitas yang saling membantu (diluar gaya ‘membantu’nya yang kadang ngga banget yaaaa, gosip dan kepo is everything – see this trailer below to get the idea lol) I could see kepo people I might not like in my own life, I could see older people I might not interested to be involved with. I could have my own reminder without being judged.

Tapi ketika ada anggota komunitas itu yang mengalami masalah, yang terbuang, yang hampir ‘hilang’, yang lain akan berusaha menyelamatkan. Dengan caranya masing-masing. Ini yang sepertinya semakin hilang juga dari hidup kita sekarang.

So will I say I’d like drakor then? Dunno. Watching less than 10 titles don’t do the justice, I guess. But yes, I’m looking forward to it.

PS: I highly recommend those titles mentioned above, terutama buat yang skeptis sama drakor kaya saya awal-awal. Give it a try. You’ll never know ๐Ÿ˜‰

2 thoughts on “Gak suka sama drama Korea. Aneh?

  1. Hai ci, kebetulan you write about drama, saya 20tahunan lalu member club topengkaca aka dorama kamu ci. Beli vcd dorama dari mulai email2an ya, ampe ada web sendiri :). Makasih banget bikin itu dulu, skrg susah banget nyari old dorama itu. Kangen banget jaman itu โ™กโ™ก

    1. Whoaaa thanks for coming to this site after all those years! ^^ Iya dulu susah ya, sekarang ga tau nih udah lama ga nyari2 dorama lagi. Kurang demen sama dorama yang baru-baru, somehow kalo ga too dark ya too weird for my taste. Kangen sama vibe dorama lama yaaaa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Grit: gigih, tekun, ngotot "dalam jangka waktu panjang"

Mon Jan 17 , 2022
Share on Facebook Tweet it Share on Google Pin it Share it Email Pertama tahu istilah Grit ini pas nonton TEDXTalknya Angela Lee Duckworth: Grit, […]