14 tahun lalu (when I got married), bahasan soal keuangan keluarga (apalagi ngomongin topik keuangan suami istri) masih sebatas bahasan general. Ga ada bahasan gamblang ala Mba Annisa Steviani, yang kemarin di Instagramnya bikin video “Suami Istri Ga Harus Share Nominal Gaji.” Buat kita di Indo yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan (Kalo Bahasa Jawanya; mangan ra mangan yang penting ngumpul – alias makan ga makan yang penting bersama-sama), menurut saya statement beliau lumayan menuai kontroversi. Pasti banyak yang ga setuju (tapi seringnya pada ga brani ngomong ^^)
Salah satu komentar yang sempet saya lihat di IGnya:
Kalo pasangan belum menikah sih NGGAK, tapi pasangan sudah menikah YES. Kenapa YES? Ya apalagi yang mau disembunyikan dari pasangan resmi?
Salah satu komentar follower
Di Indo, (dan ga cuma di Indo kayanya ya, most Asian countries mungkin?) men are (commonly) judged by the money they earn. Fair enough, since we women are judged by our look. Ha. So ketika istri berpendapatan lebih tinggi, adalah hal yang dianggap “wajar” kalau akhirnya ego suami kena. So kalau saya ga salah nangkep, salah satu tips mba Annisa di IGnya itu bisa apply to this kind of situation. Kalau kebetulan istri punya income lebih tinggi, demi “menjaga keutuhan rumah tangga” mungkin ‘ada baiknya’ pasangan ga perlu tahu. Ya balik lagi urusan culture, personality, mindset keluarga besar dan banyak hal lainnya sih ya. But in general, to be honest I don’t believe ada orang yang bilang ini bukan potensi masalah. Just wait and see 😀
Hal lain yang juga ‘potential problem‘ adalah urusan ‘ngasi duit ke orang tua’, yang jamak juga disini. Ga semua orang punya kedewasaan untuk menganalisa orang tua siapa yang lebih butuh disupport. Seringkali ada kecenderungan “menghitung”, kenapa yang sebelah sana harus mendapat lebih besar padahal sebelah sini yang bekerja.
Yang jelas, hal keuangan bener-bener harus dibahas sedari awal. Ga mungkin setelah merit 5 tahun, mendadak punya ide gemilang untuk tutup-tutupan, atau sebaliknya mendadak mau serba terbuka. When you first started your journey together, ensure you are on the same boat. Mau dibuka ya dibuka semua, mau ditutup ya perjanjiannya mesti jelas gimana. Siapa bayar apa. Siapa menanggung siapa.
Jujur aja buat saya kalau ditutup-tutupin jatohnya jauh lebih ribet. Apalagi ketika merit awal-awal, ga kebayang ternyata akan banyak biaya yang muncul 10-15 tahun kemudian. Awal-awal scopenya sih kecil, sekedar bayar listrik, air, gas, alat kebersihan rumah. Naik kelas ke uang sekolah, uang les, baju, sepatu anak. In the very long term? Ada dana pensiun buat kita setelah tua dan udah ga bekerja. Kalau salah satu pensiun duluan, males banget kan eyel-eyelan urusan siapa bayarin apa, biar dikata pake bunga deposito atau investasi saham?
Kalo gue, pasangan yang sudah merit ya kudu terbuka, termasuk soal gaji..
Cuma kalau soal alokasi nya bisa dibicarakan lagi, asal kebutuhan RT sudah tercukupi, atau suami habis jual ginjalnnya, ya boleh lah kalo dia mau pre order PS5.
Atau mungkin istri punya bisnis sampingan ya bolehlah itu buat kebutuhan pribadinya atau ditabung.