Squid Game yang lagi viral di kalangan anak dan remaja

Udah nonton serialnya? Belum. (Tapi saya udah pernah nonton Battle Royale dan Hunger Games, yang kabarnya bisa dikategorikan sebagai genre serupa) Kok ngomong begini-begitu?

  1. Karena saya orang tua yang masih punya anak di bawah 10 tahun.
  2. Karena meskipun yakin anak kita ga nonton, saking viralnya ini di kalangan anak-anak (kalau viral di kalangan dewasa doang sih gapapa ya) tetep aja anak akan denger dari temen-temennya. (Note: ini viral di Youtube, tiktok, instagram juga ya BTW, meski serialnya memang bisa ditontonnya di Netflix)
  3. Karena dari temen-temen saya sendiri ternyata banyak yang belum ngeh Squid Game ini apa, dan karena ini seri Korea, cukup banyak yang ga bother mencari tahu lebih lanjut dengan pemikiran “Saya orangnya ga mau nonton drakor, ga mau ketagihan,” Sementara saya denger dari beberapa yang udah nonton, kontennya sama sekali tidak layak untuk dikonsumsi usia 17 tahun ke bawah (secara rating di Netflixnya aja 19+ sementara rating Netflix ini ga seperti rating modelan PG – Parent Guide dll yang lumayan ketat)

The sad thing is – kecenderungan orangtua jaman sekarang yang semakin permisif. Jajak pendapat orangtua di instagram salah satunya di IG @teentastic.id menunjukkan hal ini.

Sebagai orangtua dengan anak remaja, saya tahu banget sih artinya “penasaran” ini. Saya beberapa kali ngobrol dengan teman yang anaknya masih di kisaran usia 10 tahun, solusinya masih relatif mudah. Ga usah kasi nonton Netflix, ga usah kasi nonton Youtube. Ga usah kasi sosmed, ga usah kasi HP. Masalahnya ketika anak remaja, apalagi sejak pandemi (dan school from home dimulai) idealisme model begini udah ga mungkin dilakukan, kecuali kita sebagai orangtua tahan duduk di sebelah si anak seharian dan menyortir semua yang dia akses di layar komputernya.

Mungkin? Ngga :))

Kalaupun mungkin, kayanya kita keburu dinobatkan dari ortu paling GAJE (GA JElas – istilah anak jaman now) di antara temen-temen si abege 😀 Lalu apakah kita bisa mematikan rasa penasaran si anak? Jelas ga semudah “Ya udah kasi tau aja ceritanya kaya gimana, beres,” Ya balik lagi beda anak beda karakter. Ada yang dikasi tau sinopsisnya terus jadi ga pingin nonton, karena tau adegan tembak-tembakannya sadis, berdarah-darah, ada soal jual-beli organ tubuh manusia. Tapiiii ada juga yang begitu denger dari temennya ada adegan seks di toilet (yang kata beberapa ortu “ga berapa kentara” tapi saya denger dari temen saya sendiri “Suaranya jelas banget kok, juga kelihatan nuditynya,”) malah jadi ngebet pingin nyari meskipun akses ke Netflixnya diblokir sekalipun.

Ini saya setuju sih, “Anak jaman sekarang ga bisa dilarang secara frontal,”

Yang saya soroti bukan “how to ban your kids from this” sih. Tapi how permissive (or istilahnya, pasrah?) kita jaman sekarang. Saya bilang “kita”, karena saya sendiri mengalami kecenderungan untuk menjadi seperti itu, ketika saya sibuk memberikan justifikasi atas tindakan parenting saya. Ga sekedar bicara soal Squid Game ya (atau tontonan-tontonan lainnya). Tapi secara umum.

Ketika saya bilang “Ya saya sih percaya sama anak saya,” apakah kita betul-betul melakukan hal itu karena kita percaya pada anak? Atau itu hanya sekedar excuse, karena saya “tidak sempat” mengawasi dan mengarahkan? Ketika saya bilang, “Saya sengaja kasi liat sih, daripada nanti lihat dari temennya,” (FYI: udah beberapa ortu cerita bahwa anak-anak remajanya diajakkin NOBAR – NOnton BAReng seri ini sama temen-temennya) apakah saya hanya sekedar “biarin mereka nonton” atau saya meluangkan waktu nonton duluan, lalu duduk di sebelah dia untuk menonton ulang dengan siap siaga men-skip adegan-adegan yang BELUM layak untuk mereka konsumsi?

NB: yang dikuatirkan sebetulnya lebih ke efek jangka panjang ya. Kalau kita (dulu) nonton film-film seperti ini tetap baik-baik aja, perlu disadari dunia anak-anak kita (dan pressurenya) sudah jauh berbeda. Dan anak kita BUKAN kita. Kalau kita tidak terpengaruh dengan melihat tontonan seperti ini, perlu dipikirkan ulang bagaimana dengan anak kita. (BTW dulu saya waktu kecil juga dikasi main game komputer tembak-tembakan sama papa saya, toh sampe sekarang saya tetep penakut disuru nonton modelan Squid Game ini, padahal kata beberapa orang tembak-tembakannya “biasa aja”)

Jaman remaja dulu saya baca segala manga (komik Jepang) lengkap dengan horror storynya (karena dulu kan bacaan terbates banget ya, jadi apapun yang ada di Gramedia ya saya lahap-lahap aja tanpa filter, dan ortu jaman dulu kan boro-boro ya merhatiin bacaan anak-anaknya) sampe sekarang image anak perempuan gantung diri di kamarnya (padahal cuma sekedar gambar komik) masih nancep dan selalu bikin merinding setiap saya ingat.

Apakah untuk anak saya akan berbeda?

Sekedar perenungan buat saya sebagai orangtua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Next Post

Gak suka sama drama Korea. Aneh?

Tue Jan 11 , 2022
Share on Facebook Tweet it Share on Google Pin it Share it Email Drama Korea alias drakor, udah jadi sesuatu yang bikin orang terlihat kudet […]